Senin, 04 Januari 2010

Menuju


Menuju Surga dengan Cinta
Setiap individu pasti akan merasai cinta dan mencintai sesuatu. Cinta adalah perasaan halus yang dimiliki hati setiap manusia, dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Islam, cinta merupakan masalah utama dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ini karena Islam sendiri merupakan agama yang berasaskan cinta. Sabda Rasullulah SAW.: "Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang maka ia akan mendapat manisnya iman, yakni: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lain; mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itulah Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21).
Jelaslah bahwa cinta adalah tanda kehidupan ruhani dalam aqidah orang mukmin, seperti halnya cinta juga menjadi dasar dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Selain itu, iman dalam Islam ditegakkan berdasarkan cinta dan kasih sayang, sebagaimana terlukis indah dalam sabda Rasulullah SAW : "Demi Dzat yang diriku ada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman dengan sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR Muslim)
Dalam hadist diatas, Rasullulah SAW menegaskan bahwa jalan menuju ke syurga bergantung kepada iman, dan iman bergantung kepada cinta. Maka cinta adalah syarat dalam iman, rukun dalam aqidah, dan asas dalam agama.
Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta mencegah atau melindungi diri daripada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai.
Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Untuk itu, renungkanlah sejenak hakikat kehidupan kita di dunia. Rasullulah SAW bersabda: "Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri." Juga sabda Rasulullah, "Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah." (HR Hakim dari Abu Hurairah).

Kamis, 05 November 2009

Manusia Bertelur

Sudah bertahun-tahun Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.
Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."
"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.
"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan
apa yang akan digelar besok.
Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para meriteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang
waktu untuk berpikir.
Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"
"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.
"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.
"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.
"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda.
Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.
"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja.
Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.
Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.
Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.
"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.
"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.
"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.
"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.
"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan dada.
Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.
Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.
Memang Abu Nawas yang tampaknya blo'on itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.

Senin, 12 Oktober 2009








TOUR DAKWAH ROHIS SMAN 5 PONTIANAK DI PURUN KECIL





Selasa, 15 September 2009

Islam Pilihan Hidup Gue!


gaulislam edisi 087/tahun ke-2 (28 Jumadil Akhir 1430 H/22 Juni 2009)

Hari gini kalau ngomongin soal remaja gaul pasti nggak jauh dari sosok cewek-cowok yang fashionable alias mereka yang selalu update penampilan sesuai tren; rambut bonding atau ala harajuku, di-highlight warna-warni, baju harus minimal distro atau FO (factory outlet). Parfum dengan segala jenisnya juga nggak ketinggalan dimasukkin ke dalam daftar belanja bulanan. Plus, supaya nggak dinilai mati gaya, handphone kudu yang 3,5G atau minimal yang GPRS connected supaya internet tetap online dan acara chatting jalan terus. Supaya nggak dianggap makhluk purbakala, info musik, film, olahraga, en fashion kudu jadi santapan harian.

Eh, ada yang protes nih kayaknya. Gue nggak segitu-gitunya deh ya. Gaul emang kudu. Remaja gitu loh. Tapi, nggak harus juga kayak gitu. Belajar yang bener en jadi orang pinter itu yang harusnya jadi tujuan! Soal baju sih yang penting enak dipake dan nggak telanjang. HP jadul bekas lengseran bokap atau nyokap? Nggak apa-apa. Yang penting kan masih bisa buat nelpon dan sms-an. Iya, ada juga kok emang remaja yang rajin belajar, hemat, baik hati, en nggak sombong lagi. Swit..swiw…

Kalau ditanya siapa remaja yang paling gaul, pasti deh pada berebut unjuk diri dengan ngeluarin semua bukti. Kalau ditanya siapa remaja peduli masa depan dan rajin belajar, yakin deh banyak yang nggak mau ketinggalan. Kalau perlu nih, pada bawa rapor untuk diperlihatkan. Kalau ditanya siapa remaja peduli masa depan plus gaul, wah ini sih pasti lebih banyak lagi yang mengaku tanpa terpaksa. Entah yang beneran sesuai realita atau cuma ngaku-ngaku biar dianggap hebat. Tapi, kalau ditanya siapa remaja yang relijius? Hmm… kira-kira pada berebut tunjuk tangan juga nggak ya? Kayaknya nggak tuh. Kebanyakan pada mundur. Remaja relijus? Wuih! Berat, bro.

Agama gue emang Islam, tapi ya gitu deh
Udah jadi hal yang umum banget para remaja lebih familiar sama urusan penyanyi papan atas, band-band ngetop, aksesoris branded. Fakta yang jamak juga remaja lebih ngerasa cool kalo ngedugem daripada ngaji. Hang out bareng temen ke kafe atau nikmatin nomat jadi hal yang kudu ada dalam agenda week end. Padahal sebagian besar remaja tersebut adalah muslim.

So what gitu loh? Agama kita emang Islam, tapi bukan berarti kita harus ketinggalan jaman kan? Kayak gitu tuh respon yang biasanya muncul kalau soal agama diungkit-ungkit ke mereka.

Ngomongin Islam dalam beraktivitas keseharian kayaknya yang gimana gitu. Kayak yang ogah banget. Udah deh nggak usah bawa-bawa agama kalo ngomongin soal fashion. Please deh nggak usah bawa-bawa Islam kalo ngomongin pacaran. Aduuuh, gue tuh cuma pengen cari hiburan, kenapa juga harus cari tahu dulu aturan Islam?

Brotha, Sista, Islam diturunkan Allah Swt. melalui Muhammad Rasulullah saw. sebagai aturan yang komplit dalam hidup dan berkehidupan. Sebagai aturan yang komplit, Islam ngatur semua urusan hidup. Urusan makan, minum, sikap ke ortu, menuntut ilmu, bergaul, nonton, denger musik, soal lingkungan hidup, kebersihan, cara ngedapetin harta, gimana ngeluarin harta, gimana hidup sehat, sampe urusan pertahanan-keamanan negara sampe politik ada semuanya dalam Islam.

Dan juga, Islam sebagai aturan hidup pastinya nggak pernah bakal ketinggalan jaman. Never ever! Hidup manusia pasti harus maju dan berkembang. Masa’ iya kalo dulu jaman nenek moyang kirim berita pake jasa merpati, sekarang tetep begitu. Kan nggak. Hari gini, jaman facebook eksis gitu lho. Kalau dua ratus tahun yang lalu kemana-mana pake onta atau kuda, masa’ iya hari gini masih naik begituan. Nggak lah, kan udah jaman motor matic, mobil matic, bis dengan bahan bakar gas nih!

Islam paham banget manusia dengan akal yang dikasih Allah Ta’ala pasti bisa bikin banyak teknologi yang memudahkan, makanya Islam nggak pernah ngekang manusia untuk terus berinovasi. Tapi, Islam juga punya aturan yang jelas gimana kemajuan teknologi nggak bikin manusia lupa diri. Nggak kayak sekarang, atas nama pembangunan berapa juta hektar hutan yang dikorbankan. Atas nama meraih identitas sebagai manusia modern jadi tega ngorbanin manusia lainnya. Sebagian kecil hidup dalam gelimang harta, sebagian besar lainnya dibiarkan hidup terlunta-lunta. Itu fakta yang terjadi saat ini, dan fenomena kayak gitu sama sekali bukan fenomena kehidupan manusia modern. Mana ada manusia modern nggak punya hati ngeliat manusia kanan-kirinya mati? Islam bikin hidup sukses, maju, sekaligus mulia dunia en akhirat, Bro,Sis!

Setiap manusia yang lahir sejatinya adalah muslim. Ketika ruh ditiupkan saat kita berusia empat bulan dalam kandungan ibu-ibu kita, kita berikrar bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Ikrar yang nggak sembarang ikrar! Ikrar itu sumpah kita! Kalo kita udah bersumpah bahwa nggak ada Tuhan selain Allah Ta’ala, artinya nggak ada zat lain, nggak ada sesuatu yang lain yang seharusnya kita sembah, kita turuti segala perintah dan larangan selain Allah subhanahu wa ta’ala. Kita juga sebagai muslim pastinya bersyahadah bahwa Muhammad utusan Allah Swt. Artinya, nggak ada manusia lain, satupun, di muka bumi ini, yang kita ikutin perkataannya, perbuatannya, dan diamnya, selain Muhammad saw.

Jadi remaja yang relijius, berarti remaja yang berusaha semampu mungkin untuk ngejalanin apa yang Islam perintahkan dan ngejauhin apa yang Islam larang, berdasarkan kesadaran syahadah kita pastinya. Nah, kalo menjadi sosok relijius emang konsekuensi dari syahadah, kenapa juga kita jadi minder? Kan, itu emang seharusnya. Malah kita harus berusaha keras supaya bisa mencapai level relijius itu. Tapi, bukan berarti kita juga harus sok koar-koar relijius ya. Itu sih sombong. Orang sombong nggak sesuai dengan ajaran Islam. En, berarti menodai makna relijius yang sebenarnya.

Cuma untuk Islam
Islam yang jadi jalan hidup jangan sampai deh cuma dipake kalau pas waktu tertentu aja. Pas Ramadhan aja pada rame tadarusan. Atau pas pesantren kilat, baru deh pada rame pake jilbab. Ngejalanin Islam emang kudu harian.

Tapi… gue nggak mau dibilang radikalis, fundamentalis, atau bahkan teroris. Siapa yang bilang kalau seorang muslim ingin menjadi sebenar-benarnya muslim terus jadi teroris? Ngebela diri dan agama yang dilecehin seperti yang dilakukan saudara-saudara kita di Palestina dan Irak masa’ dibilang teroris? Terus, kalau tentara Amerika dan Israel ngebantai saudara-saudara kita di sana kok nggak dibilang teroris gitu?

Terus, istilah fundamentalis en radikalis sering dikaitin sama kekerasan. Kamus bahasa Indonesia juga memasukkan kata kekerasan untuk dikaitkan dengan radikalis dan fundamentalis. Padahal nih kalo kita mau liat-liat di kamus English to English (karena kan kata radikalis dan fundamentalis dari bahasa Inggris, jadi afdolnya kita kudu liat kamus dari bahasa yang sama), fundamentalis berasal dari kata fundamental yang artinya aturan, prinsip dasar. Nah, fundamentalis berarti orang yang menerapkan aturan dan prinsip dasar.

Gimana dengan radikal? Radikal artinya dasar, perubahan yang mendasar dan menyeluruh. Orang yang radikal berarti orang yang melakukan perubahan yang mendasar dan menyeluruh.

Nah, apa salahnya coba dengan kata fundametalis dan radikal? Sebagai muslim, emang udah jadi keharusan kan untuk menerapkan aturan atau prinsip dalam Islam. Sebagai muslim kita juga kudu ngelakuin perubahan yang mendasar dan menyeluruh terhadap kehidupan saat ini yang sangat tidak adil dan jauh dari sejahtera, supaya bisa menjadi adil dan sejahtera.

Kalo ada cap orang yang fundamentalis dan radikal itu suka melakukan kekerasan, itu sih black campaign alias propapaganda negatif. Karena orang yang melakukan perubahan dengan Islam, dia pastinya harus tunduk kepada aturan Islam. Dan, Islam mengajarkan bahwa perubahan itu dilakukan dengan dakwah tanpa kekerasan.

Kalo musuh Allah Swt, musuh Islam, kasih label yang aneh-aneh ke kita itu supaya kita jadi ngeri sama Islam, terus jadi ngejauhin diri dari Islam. Kalo udah jauh dari Islam, kita jadi jauh sama tuntuntan hidup sebenarnya, kita jadi cupu, jadi lemah. Kita jadi gampang dipengaruhin sana-sini, “disuntik” pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan maunya penjajah. Kalo pemikiran kita, benar-salah menurut kita sama dengan benar-salah menurut penjajah, kita jadi gampang dijajah. Boro-boro berjuang ngusir penjajah, punya niat ngelawan aja nggak. Apa yang kayak gitu yang kita mau? Nggak lha yauw!

Islam seharusnya bikin hidup kita beda! Remaja muslim bukan remaja pasaran. Kemana-mana dia pasti menampilkan pancaran yang khas, yang nggak biasa-biasa aja. Tegas dalam bersikap. Yang menurut Allah Swt. dan Rasul-Nya itu benar (haq) maka akan tetap menjadi kebenaran. Yang menurut Allah dan Rasul-Nya itu salah (bathil), maka selamanya salah. Bukan tipe manusia plin-plan. Bukan manusia yang sukanya ikut-ikutan. Di saat yang sama dia juga tulus dalam berkasih sayang terhadap sesama. Cerdas dalam mencari solusi kehidupan, juga gaul terhadap perkembangan jaman. Pemberi solusi, bukan penyumbang masalah. Pembela kebenaran, pejuang keadilan, bukan tipe penjilat apalagi pengkhianat. Duh, jauh deh ya.

Cuma Islam yang bisa bikin remaja begitu. Cuma Islam yang bisa bikin remaja jadi powerful untuk meraih cita-cita. Nggak gampang nyerah sama keadaan. Karena dia sadar kalo cita-cita yang dia perjuangkan adalah cita-cita yang membawa maslahat bagi umat di dunia dan akhirat.

Islam wajib diperjuangkan!
Ketika seorang muslim sudah menjadikan Islam sebagai pilihan hidupnya, jadi hal yang wajar kalau dia mati-matian memperjuangkan. Seperti para pejuang Islam berikut ini:

Ibnu Mas’ud, seorang sahabat Rasulullah, membacakan al Quran di dekat Ka’bah di waktu dhuha di hadapan orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul. Orang-orang Quraisy berdiri menghampiri dia, lalu memukulinya. Tetapi Ibnu Mas’ud terus membaca al Quran sampai wajahnya babak-belur.

Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw, dialah wanita pertama yang membunuh kaum musyrikin. Di pertempuran Uhud, kala kaum muslimin tercerai-berai turun dari bukit tidak mendengar perintah Rasulullah, tinggallah Ali bin Abi Thalib, Umar bi Khatab, Zubair bin Awwam (putra Shafiyyah) , dan Abu Bakar ash-Shidiq. Salah satu gembong kaum kafir, Ubay bin Khalaf mendekat untuk membunuh Rasulullah dengan tombaknya. Namun, Rasulullah mampu merebut tombak itu dan menancapkannya ke tubuh Ubay. Di sisi yang berlainan, Shafiiyah tidak berkedip memperhatikan kondisi kaum muslimin yang mulai terdesak. Semangat juangnya membara dan semakin berkobar melihat pihak kaum muslimin terdesak. Bagai singa betina, dia segera meloncat ke punggung kuda dan menyambar pedang salah seorang muslimin yang sedang berlari. Bagaikan terbang Shafiyyah memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Pedang Shafiyyah berkelebat ke sana-sini mencari sasaran musuh. Tidak sia-sia karena banyak kaum kafir Quraisy yang tewas di tangannya.

Ustadz Sayyid Quthb ketika ditanya oleh mahkamah tentang penguasa yang berhukum kepada selain apa yang diturunkan Allah (al-Quran). Beliau menjawab, “Dia Kafir.” Maka sebagian muridnya bertanya, ”Mengapa engkau berterus terang dalam masalah ini di hadapan mahkamah, padahal lehermu di antara para algojo?” Beliau menjawab, “Ada dua sebab. Sebab yang pertama: karena kami berbicara masalah akidah, maka tidak boleh tauriyah (diplomasi atau menyampaikan perkataan yang berbeda dengan isi hati). Sebab yang kedua: Tidak boleh menyatakan kalimat kekafiran bagi seorang yang diikuti orang banyak. Para pemuda yang menjadi perintis dan teladan umat, maka tidak boleh baginya menyatakan kalimat kekafiran dan bersikap tauriyah dan tidak boleh baginya mengambil dasar ayat di atas. Ketika orang-orang dekatnya mengatakan pada beliau: “Wahai Sayyid! Seandainya engkau mau mengajukan grasi”. Beliau menjawab: “Sesungguhnya jari yang menyaksikan ketauhidan Allah di dalam sholat akan menolak menuliskan satu huruf pun yang mengakui hukum thoghut. Mengapa saya harus mengajukan grasi? Jika saya diadili dengan haq, maka saya akan ridho dengan al-haq, dan jika saya diadili dengan bathil, maka saya merasa lebih besar daripada mengajukan grasi yang bathil."

Itu sedikit contoh para pejuang Islam yang dengan segenap jiwa dan raga membela Islam. Ya iya dong. Kalo Islam udah jadi pilihan hidup, tentunya harus kita bela habis-habisan. Kalo jaman sekarang, kita bisa bela Islam dengan menampilkan sosok muslim sejati di diri kita, dengan kriteria seperti yang udah dijabarin di atas.

Belum ngerasa sreg ngejadiin Islam sebagai pilihan hidup? Bisa jadi karena kita belum kenal Islam secara mendalam. Kalau belum kenal, gimana bisa jadi sayang sama Islam. Kalau nggak sayang, pasti deh nggak bakal ngejadiin Islam sebagai pilihan hidup.

Nah, supaya bisa sayang, mulai sekarang kenal en gaul deh sering-sering sama Islam. Yang rutin jadwalnya (minimal pantengin terus deh buletin gaulislam: http://gaulislam.com). Usahanya juga harus pol. Insya Allah kita pasti bakal jatuh cinta sama Islam dan akhirnya rela ngejadiin Islam sebagai pilihan hidup. Lagipula milih Islam nggak pernah ada ruginya, bikin kita selamat dunia-akhirat! Mau? Yes! [nafiisah fb: www.nafiisahfb.co.cc]

Minggu, 03 Mei 2009

KRITIK DAN SARAN

Assalaamu'alaikum WR Wb

Buat temen-temen yang mau memberikan kritik dan saran, kirim aja ke "heru_1986@yahoo.co.id

OK !!!!!

Jumat, 01 Mei 2009

Asmara Anak Rohis


Anak Rohis juga manusia. Punya hati, punya rasa. Juga, tentu punya rasa suka dan bisa jatuh cinta. Huhuy! Justru kalo anak rohis nggak pernah bisa merasa jatuh cinta adalah kagak normal, atau jangan-jangan bukan makhluk hidup. Wacks! Ya iyalah, kalo masih merasa manusia sih ya pasti punya rasa cinta. Hewan aja punya kok. Selama masih hidup. Tapi tentu manusia punya aturan dalam mengekspresikan cintanya. Ada syariat yang harus ditaati. Kalo hewan nggak ada syariat yang harus mereka taati. Bener lho.
Kalo manusia sih untuk mencintai manusia lainnya harus jelas aturan mainnya. Kalo hewan? Nggak ada. Emang pernah dengar ada kambing jantan yang tertarik dengan kambing betina terus mereka mengikatnya dengan khitbah untuk seterusnya menikah dan diramein dengan pesta ngundang tamu dan diiringi hiburan nasyid? Hihihi.. film kartun kaleee!
Bro en Sis, karena aktivis Rohis (kerohanian Islam) juga punya rasa suka dan rasa cinta, pasti mereka pernah dong ngalamin yang namanya DDA alias debar-debar asmara. Meskipun dalam mengekspresikannya agak sedikit beda ama remaja umumnya. Kalo remaja umumnya langsung kenalan, terus janjian dan jadian deh dalam ikatan bernama pacaran. Kalo anak Rohis? Kalo untuk pacaran secara terang-terangan kayaknya jarang ada. Mungkin mereka malu. Tapi kalo yang dikamuflase dengan istilah “pacaran islami” kayaknya banyak deh. Ini juga sering dianggap sebagai pembenaran atas aktivitas yang dilakoninya. Halah!

Ngaji doyan, pacaran kuat
Nah lho, nggak salah nih ngasih subjudul? Hehehe… kamu jangan protes dulu dong. Banyak juga lho yang ngaji tapi pacarannya minta ampun kuatnya. Ini khusus berlaku buat yang ngajinya cuma ikut-ikutan or emang nggak paham. Termasuk yang ngerasa udah tahu tentang hukum Islam, tapi nggak sampe paham dan cuma teori doang, sementara praktiknya nol gede. So, cuma modal semangat aja, tanpa pengen paham lebih dalam. Kadang, ada juga lho yang emang nafsunya lebih gede ketimbang nalarnya. Maaf ye bagi yang kesinggung. Itu tandanya dirimu masih manusia. Ya iyalah, kalo monyet sih dihina ama dipuji tetep diem aja kagak ngarti, boro-boro tersinggung. Jadi, kalo masih tersinggung berbahagialah karena kamu masih manusia. Pletak!
Oya, gaya pacaran aktivis Rohis agak lain. Awalnya sih ukhuwah, tapi kebablasan jadi demenen. Mulanya cuma bergaul sesama pengurus pengajian, lama-lama muncul benih-benih cinta. Bersemi dalam dada dan melahirkan kerinduan. Huhuy! Ati-ati, bisa gaswat!
Sobat muda muslim, jangan heran or jangan kaget, sebab siapa pun orangnya, termasuk anak ngaji, bisa tumbuh dalam dirinya rasa cinta, rasa sayang, juga pengen memiliki begitu ngelihat lawan jenisnya. Ser-seran aja dalam dada kalo kebetulan bertemu di masjid or di perpustakaan. Bergetaran dalam jiwa (apalagi kalo ditambah naik bajaj, dijamin vibrasinya lebih kuat tuh! Halah!). Pokoknya, seperti ada yang bergejolak dalam hati. Tapi sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata (cieee…). Pokoknya, bikin jantung berdetak dua kali lebih kenceng deh. But, itu wajar kok. Namanya juga manusia. Suer.
Malah boleh jadi, kalo iman kamu nggak kuat-kuat amat, bisa-bisa kecemplung melakoni aktivitas pacaran layaknya mereka yang masih awam dengan ajaran Islam. Maklumlah sobat, kalo nafsu udah jadi jenderal, akal sehat jadi keroconya. Celaka dua belas euy!
Saat cinta mulai bersemi
Cinta itu ibarat jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pun nggak dianter. Suka tiba-tiba aja datangnya. Udah gitu, nggak mengenal status lagi. Mau doi pelajar, guru, tokoh masyarakat, anak ngaji, ulama, dan bahkan kepala negara. Cinta bakalan tumbuh di dada mereka. Kamu masih inget kali ye kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewynski? Hmm.. itu perselingkuhan yang mengguncang Gedung Putih beberapa tahun lalu. Geger seisi dunia. Awalnya, jelas rasa cinta. Meski akhirnya disalip oleh hawa nafsu.
Hati-hati lho, anak ngaji juga bisa tergoda saat cinta mulai bersemi. Ehm..ehm.. (ditambah pura-pura batuk nih) kamu jadi sering tampil klimis kalo pergi ke sekolah or kampus. Dandanan jadi rapi jali. Pendek kata, pengen tampil beda dan sempurna di hadapan sang pujaan hati. Sering terjadi lho. Cinta lokasi sesama aktivis pengajian. Wajar euy, sebab cinta itu naluriah. Udah built-in saat manusia diciptakan oleh Allah Swt. Dalam salah satu firmanNya disebutkan:“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,” (QS Ali Imraan [3]:14)
Cuma masalahnya, saat cinta mulai bersemi, jarang ada yang bisa bertahan dari godaannya yang kadang menggelapkan mata dan hati seseorang. Jangan heran dong kalo sampe ada yang nekat pacaran. Wah, aktivis pengajian kok pacaran? Malu atuh!
Kalo udah gitu, bisa ngerusak predikat tuh. Bener. Sebab, serangan kepada orang yang dianggap tahu dan paham agama lebih kenceng. Jadi kalo ada aktivis pengajian (anak Rohis) yang pacaran, orang di sekililing mereka dengan sengit mengolok-olok, mencemooh, bahkan mencibir sinis. Kejam juga ya? Bandingkan dengan orang yang belum paham agama, atau nggak aktif di organisasi kerohanian Islam, biasa-biasa aja tuh. Sobat, inilah semacam ?hukuman sosial’ yang kudu ditanggung seseorang yang udah dipandang ngerti. Padahal, sama aja dosanya. Tapi, seolah lebih besar kalo itu dilakukan oleh aktivis pengajian. Gawat!
Jadi hati-hati deh, jangan sampe kamu kebablasan jadi demenan, padahal kamu niat awalnya mau menjalin ukhuwah sesama aktivis Rohis. Jadi, jelas emang kudu ada aturan mainnya. Nggak sembarangan bergaul, lho.
Jangan main api dong!
Iya, bara bisa jadi api yang berkekuatan besar dalam membakar apa saja yang ada di hadapannya, manakala kita rajin ngipasin. Makanya, jangan main bara api nafsu, bisa berabe dan bikin banyak dosa. Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya saja, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! (hei! kok kayak Bang Napi sih? Hihihi…). Gaul bebas bisa bablas euy!
Oke deh, supaya gaul kamu sesama aktivis pengajian selamat di dunia dan di akhirat, ada beberapa poin yang kudu diperhatikan. Jangan sampe ukhuwah malah berubah jadi pacaran.
Pertama, kurangi frekuensi pertemuan yang nggak perlu. Memang, kalau sudah cinta, berpisah sejam serasa 60 menit, eh maksudnya sewindu (lama amat! Hiperbolis nih!). Bawaannya pengen ketemu melulu. Ini nggak sehat, Bro. Perbuatan seperti itu bukannya meredam gejolak, tapi akan memperparah suasana hati kita. Pikiran dan konsentrasi kita malah makin nggak karuan. Selain itu bukan mustahil kalo kebaikan yang kita kerjakan jadi tidak ikhlas karena Allah. Misal, karena si doi jadi moderator di acara pengajian, eh kita bela-belain datang karena pengen ngeliat si doi, bukan untuk nyimak pengajiannya itu sendiri.
Yup, kurangi frekuensi pertemuan, apalagi kalau memang tidak perlu. Kalo sekadar untuk minjem buku catatan, ngapain minjem pada si doi, cari aja teman lain yang bisa kita pinjam bukunya. Lagipula, kalo kamu nggak sabaran, khawatir ada pandangan negatif dari si doi. Bisa-bisa kamu dicap sebagai ikhwan agresif atau akhwat yang genit. Zwing…zwing.. gubrak!
Kedua, jangan ?menggoda’ dengan gaya bicara dan penampilan yang gimanaa.. gitu. Jadi jangan saling memberi perhatian. Bisa-bisa diterjemahkan lain lho. Ati-ati deh. Firman Allah Swt. (yang artinya):“Jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu terlalu lemah lembut (mengucapkan perkataan), nanti orang-orang yang dalam hatinya ragu ingin kepadamu. Dan berkatalah dengan perkataan yang baik. ” (QS. al-Ahzab [33]: 32)
Ketiga, menutup aurat. Nggak salah neh? Kalo aktivis kan udah ngeh soal itu Bang? Bener. Harusnya memang begitu. Tapi, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara mengenakan busana sesuai syariat. Akhwatnya masih pake kerudung gaul yang ?cepak’ abis! (kalo yang bener kan ?gondrong’. Maksudnya lebar gitu lho.). Iya, kerudungnya aja modis banget. Pake gaya dililit ke belakang, dan untung aja nggak ditarik lagi ke atas (gantung diri kalee..). Terus, bibirnya dipoles lipstik tebel-tebel. Bedakannya menor pula. Minyak wanginya? Bikin ikan sekolam teler! (apa hubungannya?)
So, buat para akhwat, jangan tabarujj deh. Duh, kebayang banget lucunya kalo aktivis pengajian tabarujj alias tampil pol-polan dengan memamerkan kecantikannya. Allah Swt. berfirman: “…dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS al-Ahzab [33]: 33)
Keempat, kurangi berhubungan. Mungkin ketemu langsung sih nggak, tapi komunikasi jalan terus tuh. Mulai dari sarana ?tradisional’ macam surat via pos, sampe yang udah canggih macam via telepon, HP, dan juga internet. Wuih, ketemu langsung emang jarang, tapi kirim SMS dan nelponnya kuat. Apalagi kalo urusan chatting, pake ada jadwalnya segala. Udah gitu, kirim-kirim e-mail pula. Hmm… jadi tetep berhubungan kan? Emang sih bukan masuk kategori khalwat. Tapi itu bikin suasana hati makin nggak kondusif karena mikirin si dia aja. Nggak percaya? Don’t be tried! Jangan dicoba!
Kelima, jaga hati. Ya, meski sesama aktivis Rohis, bisikan setan tetap berlaku. Bahkan sangat boleh jadi makin kuat komporannya. Itu sebabnya, kalo hatimu panas terus karena panah asmara itu, dinginkan hati dengan banyak mengingat Allah. Mengingat dosa-dosa yang udah kita lakukan ketika sholat dan membaca al-Quran. Firman Allah Swt.: “Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.” (QS ar-Ra’du [13]: 28)
Oke deh, kamu udah punya modal sekarang. Hati-hatilah dalam bergaul dengan teman satu pengajian. Jaga diri, kesucian, dan kehormatan kamu dan temanmu. Jangan nekat berbuat maksiat. Kalo udah kebelet, (emangnya buang hajat?) segera menikah saja kalo emang udah mampu. Kalo belum mampu karena masih sekolah? Banyakin aktivitas bermanfaat dan seringlah berpuasa.
Emang sih kalo pengen lebih mantap solusinya, kudu ada kerjasama semua pihak; individu, masyarakat dan juga negara. Hmm.. soal cinta juga urusan negara ya? Yup, negara wajib meredam dan memberantas faktor-faktor yang selalu ngomporin masyarakat untuk berbuat yang negatif. Jadi, jangan sampe ukhuwah kita berubah jadi demenan! Pokoknya, malu atuh kalo ngajinya getol, tapi pacaran juga puool. Catet yo![solihin: sholihin@gmx.net]
Posted in Buletin GAUL Islam, Tahun I/2007-2008 by Hasna Hawwa on the May 24th, 2008
edisi 031/tahun I (20 Jumadil Awwal 1429 H/26 Mei 2008)