Selasa, 27 Januari 2009

Agar Kau Tak Merasa Sendiri



1. Bertegur sapa dengan salam dan tersenyumlah
adalah tanda-tanda kehidupan. Tegur sapa dan tersenyum telah memberikan banyak pembuktian dalam masyarakat, bahwa dgn ini bisa meningkatkan produktifitas. Tegur sapa dan senyuman berangkat dari kebugaran jiwa dan fisik. berpikir positif, optimis.
Tentunya hal2 ini akan memberikan pengaruh positif bagi diri dan org lain. Bayangkan..begitu banyak fitnah dan masalah yg timbul hanya karena pelitnya bertegur sapa dan senyum...Didalam Islam, kita bertegur sapa dengan mengucapkan salam yg bermakna do'a
Tegur sapa dan senyum bisa mencairkan ketegangan dalam interaksi sosial yg kerap menjadi konflik, mispresepsi.

2. Segeralah berkeluarga dan bertetanggalah
Untuk memecah kesendirian, menikahlah segera. karena begitu banyak rahasia kehidupan yg baru terungkap setelah menikah. Dan itu tidak bisa dibayangkan oleh idealitas seorang pelajang. Rasa tanggung jawab akan lebih bisa tumbuh pada org2 yang telah teruji melewati masa2 sulit berkeluarga. Sehingga mempercepat proses pematangan. Keluarga adalah sel terkecil dari masyarakat.
Disanalah tercipta kebersamaan yg paling inti. Untuk itulah anggota keluarga sekcil apapun, yang pertama memberikan makna kehidupan kita. Bertetanggalah...jangan bersikap eksklusif dgn tetangga2 kita. Karena RAsulullah SAW dalam banyak riwayat, mencontohkan bgm kita sebainya bersikap baik pada tetangga.

3. Berhimpulah dalam jamaa'ah

Minggu, 11 Januari 2009

Mutiara Nassihat Syeikh Ahmad Yasin


“Tibalah saatnya kalian kembali dan bertaubat kepada Allah. Tibalah saatnya kalian meninggalkan teriakan kekesalan dalam hidup kalian dan bersikap tegarlah. Tibalah saatnya kalian membangunkan diri kalian lalu melaksanakan shalat subuh berjamaah. Tibalah saatnya kalian belajar, membangun kecerdasan, dan kreativitas melampaui orang lain. Tibalah saatnya kalian memperlihatkan akhlakuL karimah dan mengerjakan segala isi kandungan Al Qur’an dan mengikuti teladan Nabi.”
“Kalian hendaknya memahami dan menghargai arti tanggung jawab, juga hendaknya kalian sanggup menanggung beban hidup dengan menghindarkan diri dari sikap keluh – kesah. Hendaknya kalian kembali kepada Allah dan bertaubat agar ia memberi kalian rezeki yang banyak. Kalian juga hendaknya menghormati yang besar dan menyayangi yang kecil. Wahai para cucuku, jauhilah segala nyanyian yang terlihat atau terdengar, hindari segala nyanyian cinta picisan. Gantilah isi kalian dengan kata-kata kreativitas, berbuat, dan berdzikir kepada Allah. Janganlah kalian menyibukkan diri mengidolakan penyanyi laki-laki atau perempuan dan jangan pula berlomba-lomba mengejar syahwat.”
“Tibalah saatnya, wahai cucu-cucu perempuanku, agar kalian tetap berjilbab. Jagalah diri kalian dengan berpegang pada agama dan Rasul kalian. Ikutilah keteladanan Khadijah dan Aisyah. Jadikan mereka sebagai mutiara kehidupan kalian. Kepada setiap orang yang mengenal dan mencintaiku, tibalah saatnya kalian bersiap-siap dengan ajal yang akan datang. Persiapkan segalanya dengan ilmu dan agama. Persiapkan diri kalian dengan inovasi dan hikmah, sehingga kalian mengetahui jalan hidup di tengah kegelapan. Latihlah diri kalian untuk hidup beberapa hari tanpa listrik atau peralatan elektronik. Latihlah diri kalian untuk hidup beberapa hari dalam suasana prihatin. Biasakan diri kalian untuk melindungi keselamatan diri dan merencanakan masa depan kalian. Berpegang teguhlah pada agama kalian, perhatikanlah hukum kausalitas dan bertawakkallah kepada Allah.”

RENCANA TUHAN ITU INDAH



Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya.
Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."

Sabtu, 25 Oktober 2008

Manisnya Iman …


Ditulis pada Desember 14, 2007 oleh Abi Ilham

Ada tiga perkara, barangsiapa dirinya dapat menyandang ketiganya, niscaya akan merasakan manisnya iman, yaitu bila Allah dan Rasulnya lebih disukainya daripada selain keduanya; bila ia menyukai seseorang, tidaklah ia menyukainya melainkan karena Allah ; dan ia tidak suka kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka bila dicampakan ke dalam api neraka. ( HR. Buchori & Muslim )

Maksud dari merasakan manisnya iman adalah ia akan merasakan dan menghayati serta menemukan dalam dirinya kelapangan dan kegembiraan.

1. Hendaklah Allah dan Rasulnya lebih disukai daripada selain keduanya

a. Faktor yang dapat menyebabkan cinta kepada Allah

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan cinta kepada Allah SWT adalah

- Hendaklah seorang hamba memelihara semua hal yang difardhukan, sebab hal yan difardhukan adalah kunci pertama dan jalan yang paling utama untuk menuju kepada Allah SWT

- Hendaklah seseorang membaca Al Quran dengan merenungi maknanya, karena ALquran adalah kalamullah yang ada di bumi dan menjadi parameter bagi seorang hamba untuk dapat mengetahui sampai dimana kadar keimnannya.

- Hendaklah sesorang selalu berdzikir kepad Allah SWT, karena dzikir kepada Allah adalah pengusir syetan, menambah kesetiaan ketaatan dan keridhaan ALlah serta menjauhkan yang bersangkutan dari semua hal yang menyebabkan kemurkaan Alah SWT

- Hendaklah seorang amba memperbanyak amal sunnah yang mendekatkan drinya kepada Alah SWT.

b. Faktor yang dapat membantu menyebabkan cinta kepada Rosulullah

- Mengenal anugerah besar yang dikaruniakan oleh ALlah kepada kita dengan diutusnya beliau kepada kita, yaitu ketika masa jahiliyah di bangsa Arab sebelum dutusnya Muhammad SAW dan setelah diutusnya Beliau SAW. Sesungguhnya kehidupan kita sekarang merupakan buah dari hasil kerja keras Rasulullah SAW dalam berdakwah, dan pada masa jahiliyah tiada yang mengetahui kebobrokannya kecuali hanya ALlah SWT

- Mengkaji semua pekerti baik yang ada dalam diri Rosulullah SAW baik dari ALquran, hadist Nabi maupn perjalanan hidup dan sejarahnya.

- Hendaknya Anda mengetahui bahwa kedudukan penghambaan diri tidaklah sempurna kecuali dengan mencintai Rasulullah SAW.

2. Bila ia menyukai seseorang, tidaklah ia menyukainya melainkan karena Allah

3. Hendaklah ia tidak suka untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak suka bila dicampakkan ke dalam neraka

DIarsipkan di bawah: Artikel Islam

Tokoh Islam



Khalid bin Walid radhiallahu 'anhu

" ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam.

Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.

Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.

Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju ke depan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".

Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani di mata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.

Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.

Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.

Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Bani Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.

Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzum lah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Menentang Islam

Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.

Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.

Peristiwa Uhud

Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng di muka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.

Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.

Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.

Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.

Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.

Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.

Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.

Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.

Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.

Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.

Hanya pahlawan Khalid lah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.

Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya. Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medanmedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya. pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di MEDAN PERANG.

Jumat, 19 September 2008



Mengenal Al-Qur’an
Oleh: Rikza Maulan, M.Ag

Ketika manusia mencoba mengupas keagungan Al-Qur’an Al-Karim, maka ketika itu pulalah manusia harus tunduk mengakui keagungaan dan kebesaran Allah swt. Karena dalam Al-Qur’an terdapat lautan makna yang tiada batas, lautan keindahan bahasa yang tiada dapat dilukiskan oleh kata-kata, lautan keilmuan yang belum terpikirkan dalam jiwa manusia, dan berbagai lautan lainnya yang tidak terbayangkan oleh indra kita.
Oleh karenanya, mereka-mereka yang telah dapat berinteraksi dengan Al-Qur’an sepenuh hati, dapat merasakan ‘getaran keagungan’ yang tiada bandingannya. Mereka dapat merasakan sebuah keindahan yang tidak terhingga, yang dapat menjadikan orientasi dunia sebagai sesuatu yang teramat kecil dan sangat kecil sekali. Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur’annya mengungkapkan, “Hidup di bawah naungan Al-Qur’am merupakan suatu kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.”
Cukuplah menjadi bukti keindahan bahasa Al-Qur’an seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Imam Zuhri (Abu Syahbah, 1996 : I/312), “Bahwa suatu ketika Abu Jahal, Abu Lahab, dan Akhnas bin Syariq secara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah Rasulullah saw. pada malam hari untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Rasulullah saw. dalam shalatnya. Mereka bertiga memiliki posisi yang tersendiri, yang tidak diketahui oleh yang lainnya. Hingga ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah saw.
Namun pada malam berikutnya, ternyata mereka bertiga tidak kuasa menahan gejolak jiwanya untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka bertiga mengira bahwa yang lainnya tidak akan datang ke rumah Rasulullah saw., dan mereka pun menempati posisi mereka masing-masing. Ketika Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka pun memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling celaan sebagaimana yang kemarin mereka ucapkan.
Kemudian pada malam berikutnya, gejolak jiwa mereka benar-benar tidak dapat dibendung lagi untuk mendengarkan Al-Qur’an, dan merekapun menempati posisi sebagaimana hari sebelumnya. Dan manakala Rasulullah saw. usai melaksanakan shalat, mereka bertiga kembali memergoki yang lainnya. Akhirnya mereka bertiga membuat mu’ahadah (perjanjian) untuk sama-sama tidak kembali ke rumah Rasulullah saw. guna mendengarkan Al-Qur’an.
Masing-masing mereka mengakui keindahan Al-Qur’an, namun hawa nafsu mereka memungkiri kenabian Muhammad saw. Selain contoh di atas terdapat juga ayat yang mengungkapkan keindahan Al-Qur’an. Allah mengatakan, “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” (Al-Mujadilah: 21)
Definisi Al-Qur’an
Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari qara’a, yang berarti menghimpun dan menyatukan. Sedangkan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang lainnya dengan susunan yang rapih (Al-Qattan, 1995: 20). Mengenai hal ini, Allah berfirman,”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17)
Al-Qur’an juga dapat berarti bacaan, sebagai masdar dari kata qara’a. Dalam arti seperti ini, Allah swt. mengatakan, “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.” (Fushshilat: 3)
Adapun dari segi istilahnya, Al-Qur’an adalah Kalamullah yang merupakan mu’jizat yang ditunjukan kepada Nabi Muhammad saw., yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan dijadikan membacanya sebagai ibadah.


Keterangan dari definisi itu adalah sebagai berikut:

1. Kalam Allah.
Bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah yang Allah ucapkan kepada Rasulullah saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril as. Firman Allah merupakan kalam (perkataan), yang tentu saja tetap berbeda dengan kalam manusia, kalam hewan ataupun kalam para malaikat. Allah berfirman, “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 4)


2. Mu’jizat.
Kemu’jizaan Al-Qur’an merupakan suatu hal yang sudah terbukti dari semejak zaman Rasulullah saw. hingga zaman kita dan hingga akhir zaman kelak. Dari segi susunan bahasanya, sejak dahulu hingga kini, Al-Qur’an dijadikan rujukan oleh para pakar-pakar bahasa. Dari segi isi kandungannya, Al-Qur’an juga sudah menunjukkan mu’jizat, mencakup bidang ilmu alam, matematika, astronomi bahkan juga ‘prediksi’ (sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Rum mengenai bangsa Romawi yang mendapatkan kemenangan setelah kekalahan), dan sebagainya.
Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an itu merupakan mu’jizat adalah bahwa Al-Qur’an sejak diturunkan senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat semisal ‘Al-Qur’an tandingan’, jika mereka memiliki keraguan bahwa Al-Qur’an merupakan kalamullah. Allah swt. berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 23-24)
Bahkan dalam ayat lainnya, Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur’an untuk membuat semisal Al-Qur’an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus, “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’: 88)


3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan oleh Allah swt. langsung kepada Rasulullah saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril a.s. Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (Asy-Syu’ara: 192-195)

Senin, 26 Mei 2008

KRITIK DAN SARAN

Buat antum yang ingin menambahkan isi BLOGSPOT ini, kirimkan ke heru_1986@yahoo.co.id